Home Top Ad

Responsive Ads Here

Mengejar LPDP Part III: Surat Pernyataan, Surat Rekomendasi, dan Surat Izin Atasan

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera, semoga Allah memberi berkah untuk semua yang kita lakukan.

Bulan Mei adalah salah satu bulan tersibuk bagi saya. Selain karena persiapan pendaftaran LPDP, Mei juga merupakan bulan aktif terakhir untuk pembelajaran Semester Genap 2017/2018. Sebelum memasuki bulan Juni nanti, para siswa sudah disibukkan oleh kegiatan pondok Ramadhan yang full dari pagi sampai petang, lalu libur sampai 40 hari.

Bagi guru yang merangkap wali kelas, Mei juga bulan yang istimewa karena waktunya penulisan rapor yang benar-benar menyita segalanya. Rapor di SMK Islam Al-Qomar sudah menggunakan aplikasi di Excel sehingga semua nilai yang berasal dari tugas, ulangan harian, UTS, UAS, dan berbagai portofolio, sudah dihitungkan oleh Excel menjadi nilai akhir. Rapor seperti ini cepat selesai jika guru-guru setiap mata pelajaran menyetorkan nilai tepat waktu. Tugas wali kelas lah menagih bapak/ibu guru agar segera setor nilai. Untungnya, saya adalah wali kelas XII Multimedia sehingga tugas saya sebagai wali kelas sudah rampung ketika anak-anak melakoni USBN bulan April yang lalu. Namun, bukan berarti saya bisa berleha-leha.

Usai memperoleh Surat Sehat dan Surat Keterangan Bebas Narkoba (SKBN), saya berusaha fokus menggarap essay. Namun konsentrasi saya seperti belum bisa diajak kerjasama. Akhirnya, ya sudahlah, saya putuskan menulis surat pernyataan dan mencari surat rekomendasi dan surat izin atasan dulu.

Surat pernyataan sudah ada formatnya di buku panduan beasiswa. Kita tinggal menyalinnya ke dalam aplikasi pengolah kata, mengganti font-nya kalau kita mau, lalu mengisinya dengan identitas kita. Kemudian setelah dicetak, tempelkan materai 6000 lalu kita tanda tangan di atasnya.

Sebelum tanda tangan, ada baiknya kita baca dengan seksama isi dari surat pernyataan ini. Karena bermaterai, ini merupakan janji kita kepada LPDP yang sah di mata hukum. Dengan surat pernyataan ini, kita menyatakan bahwa akan kembali ke Indonesia setelah studi (untuk yang luar negeri), tidak sedang menerima beasiswa lain, setia kepada NKRI sampai akhir hayat, tidak terlibat tindak kriminal dan melanggar hukum, dan melampirkan dokumen/informasi yang benar, tidak dibuat-buat apalagi palsu. Apabila kita melanggar salah satu dari poin yang kita nyatakan di atas, LPDP berhak membawa kita ke meja hijau dengan segala konsekuensinya.


FYI, surat pernyataan ini nantinya diambil ketika kita verifikasi dokumen di seleksi substansi. Jadi pastikan kita menulis surat pernyataan yang sesuai format LPDP. Jika tidak, bisa jadi tidak lolos verifikasi dokumen.

Pada hari yang sama, saya mencetak surat izin atasan yang formatnya juga mengambil dari buku panduan LPDP. Karena ini surat resmi dari lembaga tempat kita bekerja, pastikan ada kop surat sesuai milik lembaga, lengkap dengan logo. Jangan lupa nomor surat wajib tercantum. Surat izin atasan ini menyatakan bahwa atasan kita memberi kita izin untuk mengikuti seleksi beasiswa LPDP, dan bersedia mengeluarkan Surat Izin Belajar jika nanti kita lolos seleksi. Sama seperti surat pernyataan, surat izin atasan juga ditandatangani di atas materai.

Kepala Sekolah saya, Gus Muhammad Khaliq Ridha, M.Pd, dulu juga salah satu pejuang beasiswa LPDP. Saat saya minta izin ingin melanjutkan pendidikan lewat beasiswa LPDP, beliau langsung setuju. Alhamdulillah. Saya tempelkan materai, beliau langsung tanda tangan dan rekan TU membubuhkan stempel basah di atas materai dan tanda tangan.



Untuk surat rekomendasi, saya pernah baca di blog milik dosen UGM yang dua kali mendapat beasiswa LPDP, bahwa surat rekomendasi amat penting dan pasti dibaca dalam seleksi beasiswa. Karena itu, sebaiknya kita meminta rekomendasi dari orang yang memang kenal betul dengan kita, tahu sepak terjang kita, dan paham kekuatan dan kelemahan kita. Jadi jangan asal meminta dari tokoh yang sekiranya "wah", namun sebenarnya tak terlalu mengenal kita secara pribadi. Menurut saya, seberapa lama pemberi rekomendasi mengenal kita amat menunjang isi rekomendasi yang akan diberikan. Semakin lama kita kenal dengan pemberi rekomendasi, hasilnya akan lebih meyakinkan.

Kecuali, tentu saja, teman-teman yang bekerja di perusahaan atau kedinasan tertentu yang mengharuskan rekomendasinya diberikan oleh pejabat/manajer dengan pangkat tertentu pula. Misalnya, pernah saya baca di blog salah satu awardee LPDP yang bekerja di Dinas Perpajakan, surat rekomendasinya wajib diberikan oleh minimal Eselon III.

Rencana saya sedari awal adalah meminta rekomendasi kepada Abah Kyai Dr. M. Komari Syaifullah, M.A. Beliau adalah Ketua Yayasan Sunan Kalijaga Pakuncen, yayasan yang menaungi Madrasah Aliyah tempat saya sekolah dulu, juga SMK Islam Al-Qomar tempat saya mengajar sekarang. Abah Kyai juga yang membiayai SPP saya ketika kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hingga tahun 2018 ini, sudah sebelas tahun Abah mengenal saya.

Beberapa hari setelah mengantongi surat izin atasan, saya sowan ke Abah bersama suami dan Fathiya yang waktu itu baru saja 2 tahun. Si kecil maunya mainan terus di TK Al-Qomar yang gedungnya berhadapan dengan SMK. Diajak sowan nggak mau. Akhirnya saya yang ngalahi sowan ke Abah sendirian, jalan kaki sekitar 100 meter ke ndalem.

Abah Kyai sedang di ruang praktek waktu saya sowan. Saya utarakan maksud ingin meminta rekomendasi untuk beasiswa LPDP, sambil menyerahkan form rekomendasi ke beliau. Abah melihat sekilas form rekomendasi saya, lalu menanyakan beberapa hal seputar LPDP, seperti siapa yang memberi beasiswa, apa saja yang dibiayai, juga kampus tujuan saya.

"Kenapa jauh sekali ke UGM?" tanya beliau.

"Nggih, Abah. Kampus yang dipilih harus akreditasi A dengan jurusannya juga A. Satu-satunya yang paling sesuai dengan minat saya nggih di UGM itu, Abah."

Abah membaca beberapa keterangan yang tertera di surat rekomendasi saya. "Sampeyan masuk ke sini tahun berapa?" tanya Abah sambil mengambil pena.

"Tahun 2007, Abah," jawab saya.

Setelah beberapa pertanyaan lagi, Abah sudah menandatangani surat rekomendasi untuk saya. "Semoga lancar, sukses dan barokah, manfaat dunia akhirat," pesan Abah, sangat khas beliau.

Saya mengaminkan, mencium tangan beliau, dan pamit. Alhamdulillah lancar sekali perjalanan saya mencari surat rekomendasi ini, tak sampai 15 menit surat rekomendasi sudah beres. Padahal, biasanya, Abah termasuk jarang berada di ndalem. Jika di ndalem pun, jarang sekali beliau sendirian. Langkah saya seperti begitu dimudahkan, saya amat bersyukur.

Di kantor SMK saya bubuhkan cap Yayasan Sunan Kalijaga Pakuncen di atas tanda tangan beliau. Kebetulan hari itu saya membawa seluruh berkas yang telah saya kumpulkan, jadi sekalian saya nunut men-scan dokumen-dokumen itu di printer kantor.

Surat rekomendasi halaman pertama.
Surat rekomendasi halaman kedua.

Setelah ini, dua PR besar menanti saya, yaitu merampungkan essay Statement of Purpose dan Rencana Studi. Target saya adalah mendaftar pada akhir bulan Mei. Saya tidak mau diburu-buru oleh banner hitung mundur yang biasanya dipasang LPDP menjelang penutupan pendaftaran. Sampai saya memperoleh surat rekomendasi dari Abah, belum ada satupun essay saya yang selesai.
Mengejar LPDP Part III: Surat Pernyataan, Surat Rekomendasi, dan Surat Izin Atasan Mengejar LPDP Part III: Surat Pernyataan, Surat Rekomendasi, dan Surat Izin Atasan Reviewed by Kurnia Indasah on 14:37 Rating: 5

Tidak ada komentar